Sunday, June 5, 2011

#1 Hiara and Fabian : A Joke

Malam ini, suasana kantor sudah sepi. Beberapa lampu ruangan sudah mati. Hanya lampu di kubik Hiara dan Fabi yang masih menyala. Mereka berdua masih berkutat dengan layar komputer flat didepan mata mereka. Deadline presentasi mereka jam sembilan pagi dengan klien besar pertama yang mereka tangani berdua.
Fabian dan Hiara, mereka teman dekat sejak lama. Duet cerdas. Sejak kuliah selalu satu kelas, satu UKM, satu himpunan mahasiswa, satu dosen pembimbing, satu sidang kompre, satu sidang skripsi, wisuda bersama, hingga satu kantor dan kini mereka berdua tergabung dalam satu tim untuk menangani klien utama untuk advertising agency tempat mereka bekerja. They’re partner in crime. Yang satu cantik menarik tapi tomboi dan yang satu lagi tampan tapi cacat mental.
Hiara menghela nafas, ia lalu menarik mundur kursinya dari meja komputer dan meregangkan badannya. Ia memutar kursi dan beranjak menuju kaca. Hamparan pencakar langit di depan matanya. City light membuatnya tersenyum senang.

sumber : www.skyscrappercity.com 
“Cape ya!” Fabi ikut menarik mundur kursinya.
Hia tersenyum,”mau gue bikinin kopi ga?”
“Boleh… bagian Lo udah kelar belum?”
Done! Bentar ya gue bikin kopi dulu abis itu kita diskusiin lagi.” Hiara berjalan menuju pantry kecil di lantainya. Hiara membuat dua cangkir kopi hitam dengan air panas dari dispenser. Ia kembali berjalan hati-hati menuju kubiknya.
“Gue juga udah, gue share ke folder lo ya,” kata Fabi seraya beranjak dan menarik kursinya ke kubik Hiara. Lalu mereka duduk berdua menyeruput kopi buatan Hiara seraya menatap layar komputer.
“Keknya acara ini ga cocok, rate-nya biasa aja. Sempet tinggi emang tapi kaya’nya bukan karena acaranya. Di minggu-minggu pertama doang acara ini melambung. Pas gue cek, bintang tamunya band yang dari Korea itu. Timing-nya pas, sama konser band Korea itu makanya penontonya banyak,” Hiara memulai diskusi.
“Hmm.. terus penggantinya?” tanya Fabian.
“Gue masukin ke acara lain. Pas tadi gue liat profil acara-acara, di acara yang ini,” seraya menunjuk satu bagian yang highlight pink,” dia mulai masukin unsur-unsur K-Pop diacaranya. Review drama seri, musik, sampe beberapa gossip artis-artis Korea. Jadi menurut gue kalo porsinya ditambah lebih bagus. Kalo bisa sebelum dan sesudah Korean session-nya.”
“Get it. Bagian gue keknya ga ada perubahan. Poin-poin utamanya masih sama kaya’ yang tadi siang kita bahas sama Mba Vina. Brand ambassador udah cocok sama event udah pas.”
“So now we can get some rests…” Hiara tersenyum.
“At least, lima jam dari sekarang. Mba Vina minta rapat lagi jam tujuh.”
“Lo balik?”
“Nope! Gue tidur ajalah di mushola. Gue ada baju di loker.”
“Haha… eh sekarang jam berapa sih?” tanya Hiara.
“Jam satu lebih sepuluh,” jawab Fabian seraya melepas jam tangannya lalu beranjak menuju kamar mandi,” gue ke toilet dulu ya mau nyegerin muka.”
Hiara mengangguk, ia lalu menyimpan file presentasi dan file data dalam satu folder di desktop dan menyimpannya ke dalam flash disk. Ia tersenyum melihat kalender, ia merapihkan semua barang-barang yang ada di meja kerjanya. Note, pensil, spidol, stabilo, netbook dan kotak make-upnya dimasukkan ke dalam tas. Hia melepas blazernya, meletakkannya di atas tasnya.
“Mau balik?” tanya Fabi.
Hiara mengangguk, ia membungkuk ke bawah meja kerjanya seraya mematikan terminal listriknya dan melepas beberapa charger dari terminal lalu dimasukkan ke dalam laci.“Lo, seriusan ngga’ balik?”
Fabi menyalakan Itunes-nya,”ngga’, lagi males, hehe.” Ia memutar lagu Adele.
Make you feel my love. Hiara terdiam sebentar lalu bertanya,”suka lagu ini? Dalem ya?”
“Hah?” Fabian menggaruk-garuk kepalanya,”dari temen, buat pengantar tidur aja biar gue ngantuk hehe.”
“Payah, Lo!” Hiara menghabiskan sisa kopi dicangkirnya,”Bi….”
“Apa?”
“I used to love you before….”
Fabi kaget, spontan ia menoleh ke arah Hiara. Hiara menatapnya lekat-lekat dan mengangguk,”Yea, I used to before…. Before my boyfriend now…. You know, so tired to wait for nothing. You’re so close to me but I can’t reach you…. Every girl around me always falls in love with you. Even you don’t, but still you never see me more than just a friend. But now, I’m glad… I love him.”
Fabi masih diam kaget, tidak percaya. Ia tidak tahu harus merespon apa. Hiara lanjut berbicara,”Like this song, it was so painful…. But, I grown up.” Hiara tersenyum lalu membawa tas dan blazernya mendekati Fabi. Ia menatap Fabi lekat-lekat.
“Gue… gue ga tau apa-apa… gue ga tau mesti ngomong apa.” Fabi salah tingkah.
Hiara tersenyum,”Gotcha!” lalu ia berteriak,”Surprise!”
Tiba-tiba semua lampu kantor menyala terang. Dan segerombolan orang datang dari arah belakang Fabi dan membawa sebuah tart seraya menyanyikan lagu ulang tahun. Fabi menoleh ke arah belakang lalu kembali menatap Hiara. Ia masih bingung.
sumber : www.flickr.com
Hiara tersenyum jahil lalu ikut menyanyikan lagu ulang tahun untuk Fabi,”tiup lilinnya dong!”
Fabi masih shock dengan kata-kata Hiara. Lalu semua orang menyuruhnya untuk make a wish dan meniup lilin. Fabi menurut, berdoa lalu meniup lilinnya.
Semua orang bertepuk tangan, Edith lalu memberikan pisau cake pada Fabi. Fabi menerimanya dengan lunglai, ia masih menatap Hiara untuk memastikan apa yang ia katakana benar atau salah.
“Potong kuenya potong kuenya sekarang juga sekarang juga,” semua menyanyikan lagu ini termasuk Hiara yang juga masih menatap Fabi. Hiara berbisik,”it was just a joke!”
Fabi mengangguk lalu memotong kuenya,” Makasih ya semuanya, rela nunggu tengah malem buat ngasih surprise buat gue. First cake-nya buat…,” Fabi menatap ke sekelilingnya mencari siapa orang yang pantas untuk first cake-nya,” buat Ara aja deh, makasi ya Ara, udah jadi partner yang keren dari kuliah sampe kerja.”
Hiara tersenyum lalu menerima potongan kuenya dan mengucapkan,”thanks.”
Fabi memotong-motong kuenya untuk dibagikan ke semua orang yang ada di kantor lalu membagikannya satu persatu.
“Eh sori ya, gue mesti balik dulu nih…. Almost 2 AM, anyway, makasi ya semuanya, Fabian, selamat tambah tua ya…” kata Hiara.
“Yah kok balik sih?” tanya Edith.
“Iya, ngga’ seru lo!” sahut Fabi singkat.
“Dih, I should back!” kali ini Hiara benar-benar mengangkat tas dan blazernya untuk pulang.
“Ati-ati ya, Jeng!” kata Fayya seraya bercepika-cepiki dengan Hiara. Hiara lanjut bercepika-cepiki dengan yang lainnya lalu keluar dari ruangan itu.
Fabi menatap Hiara yang pergi. But, I still in love with you. From the first time we met…. I have no enough courage to tell you…. I wish it not just a joke. Every stupid things I did just to get your attention. How pity I am?
“Ara, jangan lupa besok jam tujuh pagi!” Fabi mengingatkan.
Hiara menoleh ke belakang lalu menganggung dan tersenyum. Ia berjalan menuju lift. Ia masuk ke dalam lift lalu menahan pintu lift-nya berharap ada yang mencegahnya pulang.
It wasn’t a joke. How pathetic I am? I still have those butterfly feelings with you. Since, we became so close, in one class, one organization, and now one office. Since you’re acting like a crazy child to me. But having Banyu is more than enough. But at least, I confessed it to you. Since now on, I can feel freer.
Hingga akhirnya pintu lift itu tertutup, tak ada seorang pun yang ada. Hiara menghembuskan nafas dengan berat. Ia lalu tersenyum, ikhlas.
***

No comments:

Post a Comment